. FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang
realitas secara dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme
yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa hakikiat realitas ialah
terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi
dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui disatu pihak, dan di pihak
lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang dapat dijadikan sebagai
objek pengetahuan manusia. Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki
beraneka ragam bentuk. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu: 1)
Realisme nasional, 2) Realisme naturalis.
1.
Realisme Rasional
Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme
klasik dan realisme religious. Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme”
. realisme klasik ialah filsafat ynani yang pertama kali dikembangkan oleh
aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama Scholastisisme oleh Thomas
Aquinas, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja .
Thomas Aquinas menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut tomisme,
pada saat filsafat gereja dikuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh
Plotinus.
Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi
adalah nyata, dan berada diluar fikiran (ide) yang mengamatinya. Tetapi
sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh tuhan,
dan jiwa lebih penting dari pada materi karena tuhan adalah rohani yang
sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu
perpaduan/kesatuan materi dan rohani, dimana badan dan roh menjadi satu.
Manusia bebas dan bertanggungjawab untuk bertindak,namun manusia juga abadi
lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena itu manusia
mencari kebahagiaan abadi.
a.
Realisme klasik
Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional.
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri
rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident” , dimana manusia dapat
menjangkau kebenaran umum. Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat
realisme karena evidensi adalah asas pembuktian tentang realitas dan kebenaran
sekaligus. Self evident merupakan suatu buktiyang ada pada diri
(realitas,eksistensi) itu sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau
pada realitas yang lain. Self evident merupakan asas untuk mengerti
kebenaran dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self evident
merupakan asas bagi pengetahuan, artinya bahwa pengetahuan yang benar buktinya
ada didalam pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan tentang tuhan, sifat-sifat tuhan, eksistensi tuhan, adalah
bersifat self evident. Artinya, bahwa adanya tuhan tidak perlu
dibuktikan dengan bukti-bukti lain, sebab tuhan itu self evident. Sifat
tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki Tuhan, tidak ada yang menyamainya
terhadap sifat Tuhan tersebut. eksistensi Tuhan merupakan prima kuasa,
penyebab pertama dan utama dari segala yang ada, yakni merupakan penyebab dari
realitas alam semesta. Tujuan pendidikan bersifat intelektual. Memperhatikan
intelektual adalah penting, bukan saja sebagian tujuan, melainkan dipergunakan
sebagai alat untuk memecahkan masalah. Bahan pendidiakan yang esensial bagi
aliran ini, yaitu pengalaman manusia. Yang esensial adalah apa yang merupakan
penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia. Kneller (1971) mengemukakan
bahwa realism klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu
seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan fisik
dan sosial. “ For the classical realist the purposes of education is enable
the pupil to become an intellectually wee-balnced person, as against one who is
simply well adjusted to the physical and social environment “. Menurut
Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan
mengikat manusia sebagai makhluk rasional.
b.
Realisme religius
Realisme religius dalam
pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “order natural” dan “order
supernatural” . kedua order tersebut berpusat pada Tuhan. Tuhan adalah
pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk
meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang
abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan
memiliki makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan
sudah ditentukan, dimana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut .
Menurut pandangan aliran ini, struktur sosial berakar pada aristokrasi dan
demokrasi. Letak aristokrasinya adalah pada cara meletakan kekuasaan pada yang
lebih tau dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap orang
diberi kesempatan yang luas untuk memegang setiap jabatan dalam struktur
masyarakat. Hubungan gereja dengan Negara, adalah menjaga fundamental dasar
dualisme antara order natural dan
order supernatural. Menurut realisme religius, karena keteraturan dan
keharmonisan alam semesta sebagai ciptaan Tuhan, maka manusia harus mempelajari
alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu
untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa memiliki
keseimbangan intelektual yang baik, semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan
fisik dan sosial saja. Pendidikan tentang moral, realisme religius menyetujui bahwa
kita dapat memahami banyak hukum moral dengan menggunakan akal, namun dengan
secara tegas beranggapan bahwa hukum-hukum moral tersebut diciptakan oleh
Tuhan.
2.
Realism natural ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai
lahirnya sains di eropa pada abad kelima belas dan keenam belas, yang
dipelopori oleh Francis Bacon, John Locke, David Hume, John Stuart Mill, dan
lain-lainnya. Relisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme
biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan
sosial (social Disposition). Apa yang dinamakan berfikir merupakan
fungsi yang sangat kompleks dari organisme yang berhubungan dengan
lingkungannya. Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru
objektivitas sains. Karena dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah
untuk meneliti sifatnya. Tugas filsafat mengkoordinsikan konsep-konsep dan
temuan-temuan sains yang berlainan dan berbeda-beda. Perubahan merupakan
realitas yang sesuai dengan hukum-hukum alam yang permanen, yang menyebabkan
alam semesta sebagai suatu struktur yang berlangsung terus. Karena dunia bebas dari manusia dan
diatur oleh hukum alam, dan manusia memiliki sedikit kontrol, mka sekolah harus
menyediakan subject matter yang akan memperkenalkan anak dengan dunia
sekelilingnya. Teori kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realisme natural
ilmiah adalah teori “Korespondensi” tentang kebenaran, yang menyatakan
bahwa kebenaran itu adalah persesuaian terhadap fakta dengan situasi yang
nyata.kebenaran merupakan penyesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan
faktanya sendiri, atau antara fikiran dengan realitas situasi lingkungannya. Teori
ini sebagai penolakan terhadap teori koherensi, yang pada umumnya dipergunakan
oleh kaum idealis. Menurut teori korespondens, pengetahuan baru itu dikatakan
benar apabila sesuai dengan teori atau pengetahuan terdahulu yang telah ada,
karena teori yang telah ada tersebut adalah benar, sesuai dengan fakta, sesuai
dengan situasi yang nyata. Pandangannya tentang nilai, mereka menolak pendapat
bahwa nilai memiliki sanksi supernatural. Kebaikan adalah yang menghubungkan
manusia dengan lingkungannya. Esensi manusia dan esensi alam adalah tetap. Realisme
natural mengajarkan bahwa baik dan salah adalah hasil pemahaman kita tentang
alam, bukan dari prinsip-prinsip nilai agama atau dari luar alam ini. Moralitas
dilandasi oleh hasil penelitian ilmiah yang telah menunjukan kemanfaatannya
pada manusia sebagai spesies tertinggi dari hewan. Sakit adalah jahat,
dan sehat adalah baik. `
3.
Neo-realisme dan Realisme
kritis
Selain aliran-aliran realisme
diatas, masih ada lagi tandangan-pandangan lain yang termasuk realisme. Aliran-aliran
tesebut disebut Neo-realisme dari Frederick Breed, dan Realisme Kritis dari
Immanuel Kant . menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni
dengan prinsip-prinsip demokrasi. Realisme kritis didasarkan atas pemikiran Immanuel
kant, seorang pesintesis yang besar. Ia mensistensiskan pandangan-pandangan
yang berbeda, antara empirisme dan rasionalisme, antara skeptisisme dan paham
kepastian, antara eudaemonisme, dengan puritanisme. Ia bukan melakukan
eklektisisme yang dangkal, melainkan suatu sintesis asli yang menolak
kekurangan yang berada pada kedua pihak yang disintesiskannya, dan ia membangun
suatu filsafat yang kuat. Pada waktu membicarakan idealisme