Pendidikan
Kamis, 22 Desember 2016
Inovasi pendidikan
Pengertian
Inovasi
Sumber : Hasbullah. “Dasar – Dasar Ilmu Kependidikan”. 2012. PT. RajaGrafindo
Persada
Di dalam Kamus
Besar Indonesia, Inovasi diartikan pemasukan atau pengenalan hal – hal yang
baru; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Maksud
pengertian Inovasi pendidikan disini ialah suatu perubahan yang baru dan
bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu
pendidikan.
Maksud dari
kata “baru” dalam pengertian tersebut adalah apa saja yang belum dipahami,
diterima, atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi meskipun mungkin bukan
merupakan hal yang baru lagi bagi orang lain. Sementara itu, maksud kata
“kualitatif” adalah bahwa inovasi tersebut memungkinkan adanya reorganisasi
atau pengaturan kembali unsur – unsur dalam pendidikan. Jadi, bukan semata –
mata penambahan atau penjumlahan dari unsur – unsur komponen yang ada sebelumnya.
Tujuan utama
inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber –
sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan prosedur
organisasi. Jadi, keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah
direncanakan dapat dicapai dengan sebaik – baiknya. Tujuan yang direncanakan
mengharuskan adanya perincian yang jelas tentang sasaran dan hasil – hasil yang
ingin dicapai, yang sedapat mungkin bisa diukur untuk mengetahui perbedaan
antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi diadakan.
B.
Faktor Inovasi
Pendidikan
Faktor – faktor
yang mempengaruhi Inovasi Pendidikan sebagai berikut :
1.
Visi terhadap
Pendidikan
Setiap anak akan mengalami proses
pendidikan secara alamiah, yaitu yang ia dapatkan dala situasi pergaulan dengan
orang lain pada umumnya dan pergaulan dengan kedua orang tuanya pada khususnya
dalam lingkungan budaya yang mengelilinginya. Pendidikan seperti inilah yang
akan menjadikan anak sebagai manusia dalam arti yang sesungguhnya. Cinta kasih
orang tua dan ketergantungan serta kepercayaan anak kepada mereka pada usia –
usia muda merupakan dasar kokoh yang memungkinkan timbulnya pergaulan mendidik.
Dengan upaya pendidikan, potensi dasar universal anak akan tumbuh dan membentuk
diri anak yang unik, sesuai dengan pembawaan, lingkungan budaya, dan zamannya.
Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi
oleh pandangan hidup orang tua, lembaga – lembaga penyelenggara pendidikan,
masyarakat, dan bangsanya. Manusia Indonesia, warga masyarakat dan warga negara
yang lengkap dan utuh harus dipersiapkan sejak anak masih kecil dengan upaya
pendidikan. Tujuan pendidikan diabdikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan
masyarakat, dan kepentingan negara.
Dengan demikian, pandangan dan harapan
orang tua terhadap pendidikan sekarang dapat berbeda dengan pandangan orang
terhadap pendidikan masa lampau atau waktu yang akan datang. Perbedaan
pandangan ini erat hubungannya kalau tidak justru harus disebut berdasar atas
falsafah mengenai manusia dan kemanusiaan pada zamannya masing – masing.
2.
Faktor
Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang cepat
merupakan faktoryang sangat menentukan dan berpengaruh besar terhadap
penyelenggaraan pendidikan sehingga menuntut adanya pembaruan – pembaruan di
bidang pendidikan.
Akibat dari perkembangan penduduk yang
sangat cepat sulit dibayangkan, misalnya, bagaimana penyediaan gedung sekolah.
Dalam waktu – waktu tertentu gedung sekolah tentu harus mengalami penambahan
seiring dengan terus bertambahnya anak – anak usia sekolah. Begitu pula hal –
hal yang terkait dengan itu, seperti tenaga guru, buku – buku, dan fasilitas –
fasilitas lain pun turut mendapat perhatian.
Adanya penambahan penduduk yang cepat
menimbulkan akibat yang luas terhadap berbagai segi kehidupan, utamanya
pendidikan. Adapun masalah – masalah yang berkaitan langsung dengan pendidikan
tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kekurangan
kesempatan belajar
b.
Masalah
kualitas pendidikan
c.
Masalah relevansi
d.
Masalah
efisiensi dan efektifitas
3.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
cepat tidak harus diikuti dengan penambahan kurikulum sekolah diluar kemampuan
meskipun kondidi anak didik perlu diperhatikan. Anak didik pun tidak mungkin
mampu mengikuti dan menguasai segenap penemuan baru dalam dunia ilmu
pendidikan.
4.
Tuntutan Adanya
Proses Pendidikan yang Relevan
Permasalahan pendidikan yang kini
dihadapi sangat kompleks. Adanya proses pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat diperlukan mengingat akan
keterbatasan dana pendidikan. Hal itu penting karena sistem sekolah dengan
segala kekurangannya ternyata meliputi hampir 80% biaya pendidikan dan yang
lain, seperti gedung, buku, alat pengajaran dan fasilitas lain dibebankan
kepada orang tua.
C.
Contoh Inovasi
Pendidikan di Indonesia
1.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang
mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara
materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar
di kelas.
Dalam
kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini,
para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar
pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam
kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk
menerapkan IPTEK
tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa
saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator,
namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam
kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap
kegiatan siswa ada nilainya.
Sejak
tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang merupakan
penyempurnaan Kurikulum 2004.
2.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Inovasi pendidikan di Indonesia
yang sedang diimplementasikan pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang disingkat KTSP. KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI)
dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan
menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan
Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada
sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar
isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3.
Sekolah
Standar Nasional (SSN)/Sekolah Kategori Mandiri (SKM)
Sekolah
Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional
(SSN) adalah sekolah yang hampir atau sudah memenuhi standar
nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan
terdiri dari delapan standar yaitu standar isi, standar, kompetensi
lulusan, standar proses, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Berdasarkan penjelasan
PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 11 ayat (2) bahwa ciri Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar
Nasional adalah terpenuhinya standar nasional pendidikan dan mampu
menjalankan sistem kredit semester.
4.
Sekolah
Gratis
Maksud dari Sekolah Gratis adalah mengupayakan/memberi
kesempatan untuk memperoleh pendidikan layak, bermutu, bagi setiap warga
masyarakat di Indonesia khususnya yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tujuan
dari sekolah gratis adalah memberi pendidikan minimal bagi warga masyarakat
Tanjung Jabung Barat untuk dapat mengembangkan dirinya, potensi, keterampilan
yang dimilikinya agar dapat hidup mandiri ditengah masyarakat atau dapat
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi tanpa dipungut biaya.
5.
Sekolah
Satu Atap
Konsep sekolah satu
atap merupakan suatu model pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dengan
menyatukan sekolah-sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, sampai dengan SMA maupun
beberapa diantara jenjang sekolah yang ada pada satu wilayah tertentu. Sekolah satu atap
merupakan model pendidikan berbeda jenjang TK dan SD, SD dan SMP yang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya berlangsung pada satu tempat. Model
ini di desain untuk mendekatkan lembaga pendidikan ke tempat yang paling mudah
dijangkau oleh masyarakat. Harapannya tidak lagi ada anak usia sekolah yang
tidak bersekolah hanya karena jarak tempuh ke sekolah yang jauh.
6.
Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan
biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana
program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa
jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara umum program BOS bertujuan
untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka
wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD
dan SMP, termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar
Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta
di seluruh provinsi di Indonesia.
Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini.
7.
Home
Schooling
Istilah homeschooling
sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling
berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan
sebutan home education, home based learning atau
sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan
anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Memilih untuk
bertanggungjawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan
pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak
dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode
dan praktek belajar.
Peran dan komitmen
total orangtua sangat dituntut. Selain pemilihan materi dan standar pendidikan
sekolah rumah, mereka juga harus melaksanakan ujian bagi anak-anaknya untuk
mendapatkan sertifikat, dengan tujuan agar dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang berikutnya. Banyak orang tua Indonesia yang mempraktekkan homeschooling
mengambil materi pelajaran, bahan ujian dan sertifikat sekolah rumah dari
Amerika Serikat. Sertifikat dari negeri paman Sam itu diakui di Indonesia
(Departemen Pendidikan Nasional) sebagai lulusan sekolah Luar Negeri.
8.
Pendidikan
Karakter
Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
9.
Ujian Nasional
UNAS
merupakan penilaian pada akhir proses pembelajaran di sekolah. Penilaian
merupakan serangakaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil
keputusan. Penilaian pada akhirproses pembelajaran dilakukan ujian untuk
mendapatkan data. Informasi obyektif sebagai hasil. Hasil ujian di suatu
sekolah akan memberikan informasi tingkat keberhasilan pencapaian siswa dari
tujuan pembelajaran atau intruksional. Tingkat keberhasilan ini akan
mengambarkan kemampuansiswa yang sebenarnya. Hasil ujian tersebut dapat
digunakan sebagai dasar penyempurnaan program pembelajaran (Haribowo,1994).
Dengan demikian hasil ujian akan bermanfaat sebagai bahan umpan balik dalam
proses pembelajaran dan hasil ujian digunakan untuk mengetahui efektivitas
dantingkat pencapaian atau keberhasilan suatu program kegiatan terutama program
pengajaran. UNAS sebagai alat kontrol sekolah pada era otonomi masih
diperlukan sepanjang tidak digunakan sebagai penentu kelulusan namun berfungsi
layaknya instrumen penelitian. Tetapi mapel UNAS
diperluas. Dari data yang diperoleh bisa digunakan sebagai bahan rekomendasi
terhadap Depdiknas dalam pengambil kebijakan pendidikan untuk meningkatkan
mutu. Dari hasil tersebut bisa juga diperoleh peringkat kedudukan sekolah yang
satu dengan yang lain. Akibatnya sekolah secara moral tetap terikat komitmen
pada standar baku yangdibuat oleh Pemerintah Pusat.
FENOMENOLOGI SEBAGAI ALIRAN FILSAFAT
A. PENGERTIAN
FENOMENOLOGI
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini timbul kata Pheinomenon
berarti yang muncul dalam kesadaran manusia. Dalam fenomenologi, ditetapkan
bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran sadar manusia, menunjukkan pada suatu
hal keadaan yang disebut intentional (berdasarkan niat atau keinginan).
Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham
yang menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran.
Fenomenologi merupakan sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat yang
kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap
fenomena atau pertemuan kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat
dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal
( otak ) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan
penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara
kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek
memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan
pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya,
bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita
ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya melalui
hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang dialami
manusia.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa fenomenologi
berarti ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang nampak. Sebuah
pendekatan filsafat yang berpusat pada analisi terhadap gejala yang menampakkan
diri pada kesadaran kita.
B. TOKOH-TOKOH FILSAFAT FENOMENOLOGI
1.
Edmund
Husserl (1859-1938)
Menurut Husserl, memahami
fenomenologi sebagai suatu metode dan ajaran filsafat. Sebagai metode, Husserl
membentangkan langkah-langkah yang harus diambil agar sampai pada fenomeno yang
murni. Untuk melakukan itu, harus dimulai dengan subjek (manusia) serta
kesadarannya dan berusaha untuk kembali pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai
filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial tentang
apa yang ada. Dengan kata lain, fenomenologi harus dikembalikan kembali objek
tersebut.
Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting yaitu,
penundaan keputusan. Penundaan keputusan harus ditunda (epoche) atau
dikurung (bracketing) untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita
miliki tentang fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar
fenomena itu dapat menampakkan dirinya sendiri.
Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu
diketahui. Diantaranya:
- Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung pula nomena (sesuatu yang berada di balik fenomena)
- Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani.
- Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka da terarah pada subjek
- Substansi adalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau.
Usaha untuk mencapai segala sesuatu itu harus melalui reduksi atau
penyaringan yang terdiri dari :
- Reduksi fenomenologi, yaitu harus menyaring pengalaman-pengalaman dengan maksud mendapat fenomena dalam wujud semurni-murninya. Dalam artian bahwa, kita harus melepaskan benda-benda itu dari pandangan agama, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan ideologi.
- Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau penempatan dalam tanda kurung sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau hakikat gejala atau fenomena.
- Reduksi transcendental, yaitu dalam penerapannya berdasarkan subjeknya sendiri perbuatannya dan kesadaran yang murni.
Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak selalu harus
dapat diamati dengan indera. Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik
secara ruhani tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu suatu peristiwa.
Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara tertentu
untuk memandang realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan hubungan langsung
dengan realitas berdasarkan intuisi (pengalaman fenomenologi).
Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman
filsafat. Diantaranya:
- Fakta natural, yaitu berdasarkan pengalaman inderawi yang menyangkut benda-benda yang nampak dalam pengalaman biasa.
- Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang langsung dan semakin abstrak.
- Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat dari pengalaman langsung.
3. Martin Heidegger (1889-1976)
Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya.
Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang ada di luar dirinya
karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan
atau pembicaraan.
Bagi heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia harus
merealisasikan segala potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu tidak
mampu merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan
selalu bertanggungjawab atas potensi yang belum teraktualisasikan.
Dalam persfektif yang lain mengenai sesosok Heidegger menjadi salah satu
filsafat yang fenomenal yaitu bahwa ia mengemukakan tentang konsep suasana hati
(mood). Seperti yang kita ketahui bahwa dengan suasana hatilah kita
diatur oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang
berjarak. Biasanya, dengan posisi kita yang sedang bersahabat dengan suasana
hati, maka kita akan bisa mengenali diri kita yang sesungguhnya. Karena suasana
hati bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui hakikat diri dengan banyaknya
pertanyaan yang muncul seperti pencarian jati diri siapa kita sesungguhnya, apa
kemampuan kita, dan apa kekurangan atau kelebihan yang kita miliki,
bagaimanakah kehidupan kita yang selanjutnya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Konsep inilah yang menguatkan pendapat banyak orang mengenai sesosok orang
yang mampu melihat noumena dan phenoumena.
4. Maurice Merlean-ponty (1908-1961)
Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar harus
memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamannya sendiri tentang
realitas, dengan begitu ia menjauhkan diri dari dua ekstrim yaitu :
Pertama hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa
yang telah dikatakan orang tentang realita, dan Kedua hanya
memperhatikan segi-segi luar dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut realitas
sama sekali.
Walaupun Marlean-Ponty setuju dengan Husserl bahwa kitalah yang dapat
mengetahui dengan sesuatu dan kita hanya dapat mengetahui benda-benda yang
dapat dicapai oleh kesadaran manusia, namun ia mengatakan lebih jauh lagi,
yakni bahwa semua pengalaman perseptual membawa syarat yang essensial tentang
sesuatu alam di atas kesadaran.
Oleh karena itu deskripsi fenomenologi yang dilakukan Marlean-Ponty tidak
hanya berurusan dengan data rasa atau essensi saja, akan tetapi menurutnya,
kita melakukan perjumpaan perseptual dengan alam. Marlean-Porty menegaskan
sangat perlunya persepsi untuk mencapai yang real.
C.
JENIS-JENIS TRADISI FENOMENOLOGI
Inti dari tradisi fenomenologi
adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi
memandang manusia secara aktif mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga
mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung
dengan lingkungannya. Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana
individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman
subyektifnya. Adapun varian dari tradisi Fenomenologi ini, yaitu:
- Fenomena Klasik, percaya pada kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, artinya hanya mempercayai suatu kebenaran dari sudut pandangnya tersendiri atau obyektif.
- Fenomenologi Persepsi, percaya pada suatu kebenaran bisa di dapatkan dari sudut pandang yang berbeda-beda, tidak hanya membatasi fenomenologi pada obyektifitas, atau bisa dikatakan lebih subyektif.
- Fenomenologi Hermeneutik, percaya pada suatu kebenaran yang di tinjau baik dari aspek obyektifitas maupun subyektifitasnya, dan juga disertai dengan analisis guna menarik suatu kesimpulan.
D.
PRINSIP DASAR FENOMENOLOGI
Stanley Deetz menyimpulkan tiga
prinsip dasar fenomenologis:
- Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengan pengalaman itu sendiri.
- Makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi kita.
- Bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN FILSAFAT FENOMENOLOGI
Kelebihan filsafat fenomenologi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut
:
- Fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
- Fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
- Fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya.
Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik,
bukan pendekatan partial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh
mengenai objek yang diamati, hal ini lah yang menjadi kelebihan filsafat ini
sehingga banyak dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini terutama ilmuan
sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama.
Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput
dari berbagai kelemahan, seperti :
- Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
- Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound).
Langganan:
Postingan (Atom)