Selasa, 20 Desember 2016

Tanggung Jawab



Tanggung Jawab
Untuk memahami dimana lokus atau tempat tanggung jawab, maka harus mempelajari bagaimana manusia tersebut ialah menilainya dengan menanyakan : apa motivasi, keinginan, intensi, alasan di belakang tindakan tersebut.  (Sutrisno, 1993:76) Sutrisno menjelaskan bahwa motivasi, intensi, alasan, tekad, semuanya adalah pokok isi dari filsafat mengenai akal (status mental atau situasi pertimbangan akal orang itu). Tiap tindakan manusia selalu sudah di sertai unsur pertimbangan akal tadi (unsur-unsur ‘mind’ tadi), status mental atau status pertimbangan (sate of mind) yang menyertai suatu tindakan inilah “locus” atau tempat membahas mengenai apa yang di sebut “tanggung jawab”.
Segala tindakan merupakan tanggung jawab dari kedudukan pikiran seseorang, artinya tanggung jawab adalah berkesadaran, yang terefleksikandalam berbagai tindakan. Dengan demikian manusia tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab baik sebagai makhluk individual, sosial maupun makhluk bertuhan. Sehingga kemampuan dalam dimensi ruang dan waktu manusia tidak luput dari tuntutan untuk bertanggung jawab atas keberadaannya atau eksitensinya.
Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual, ataupun teologis.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendrian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang di perankan seseorang dalam jalinan sosial harus di pertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu consensus nilai yang telah di stujui bersama.
Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis. Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya (keseimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai pencipta). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap tuhannya timbul karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai. Dalam hal ini terutama keyakinannya terhadap nilai yang bersumber dari ajaran agama. Manusia bertanggug jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan agamanya. Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang di bebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adlah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Pembagian kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Status dan peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban di bagi menjadi dua bagian yaitu :
1.      Kewajiban terbatas. Kewajiban ini tanggung jawabnya di berlakukan terhadap setiap orang. Contohnya undang-undang larangan membunuh, mencuri, yang di sampingnya dapat di adakan hukuman-hukuman.
2.      Kewajiban tidak terbatas. Kewajiban ini tanggung jawabnya di berlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab di jalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebijakan.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dpat di rasakan oleh sebab dirinya atau orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku.
Orang yang bertanggung jawab itu adil atau mencoba untuk berbuat adil. Tetapi, adakalanya orang yang bertanggung jawab tidak di anggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang di pegangnya. Orang yang demikian tentu akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Dia tidak Nampak, tetapi menggerakan dunia dan mengaturnya. Jadi, orang semacam ini akan bertanggung jawab terhadap Tuhannya.


Refrensi : Soelaiman, M. munandar. 2001. Ilmu budaya dasar suatu pengantar. Bandung: PT Refika aditama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar