Tanggung Jawab
Untuk
memahami dimana lokus atau tempat tanggung jawab, maka harus mempelajari
bagaimana manusia tersebut ialah menilainya dengan menanyakan : apa
motivasi, keinginan, intensi, alasan di belakang tindakan tersebut. (Sutrisno, 1993:76) Sutrisno menjelaskan
bahwa motivasi, intensi, alasan, tekad, semuanya adalah pokok isi dari filsafat
mengenai akal (status mental atau situasi pertimbangan akal orang itu). Tiap
tindakan manusia selalu sudah di sertai unsur pertimbangan akal tadi (unsur-unsur
‘mind’ tadi), status mental atau status pertimbangan (sate of mind) yang
menyertai suatu tindakan inilah “locus” atau tempat membahas mengenai apa yang
di sebut “tanggung jawab”.
Segala
tindakan merupakan tanggung jawab dari kedudukan pikiran seseorang, artinya
tanggung jawab adalah berkesadaran, yang terefleksikandalam berbagai tindakan.
Dengan demikian manusia tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab baik
sebagai makhluk individual, sosial maupun makhluk bertuhan. Sehingga kemampuan
dalam dimensi ruang dan waktu manusia tidak luput dari tuntutan untuk
bertanggung jawab atas keberadaannya atau eksitensinya.
Disebut
demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk
sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar
untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam
konteks sosial, individual, ataupun teologis.
Dalam konteks
sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendrian dengan
perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang di perankan seseorang
dalam jalinan sosial harus di pertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu
consensus nilai yang telah di stujui bersama.
Masalah
tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis.
Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab
terhadap dirinya (keseimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab
terhadap Tuhannya (sebagai pencipta). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya
akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam.
Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila
ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya
juga muncul sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Demikian pula
tanggung jawab manusia terhadap tuhannya timbul karena manusia sadar akan
keyakinannya terhadap nilai-nilai. Dalam hal ini terutama keyakinannya terhadap
nilai yang bersumber dari ajaran agama. Manusia bertanggug jawab terhadap
kewajibannya menurut keyakinan agamanya. Tanggung jawab dalam konteks pergaulan
manusia adalah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang
berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur
terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri.
Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui
seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau
berkorban demi kepentingan orang lain.
Tanggung jawab
erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang di bebankan
terhadap seseorang. Kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adlah tanggung
jawab terhadap kewajibannya.
Pembagian
kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda setiap keadaan hidup menentukan
kewajiban yang tertentu. Status dan peranan menentukan kewajiban seseorang.
Kewajiban di bagi menjadi dua bagian yaitu :
1.
Kewajiban terbatas. Kewajiban ini tanggung jawabnya di
berlakukan terhadap setiap orang. Contohnya undang-undang larangan membunuh,
mencuri, yang di sampingnya dapat di adakan hukuman-hukuman.
2.
Kewajiban tidak terbatas. Kewajiban ini tanggung
jawabnya di berlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban
ini nilainya lebih tinggi, sebab di jalankan oleh suara hati, seperti keadilan
dan kebijakan.
Orang yang
bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia menunaikan
kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dpat di rasakan oleh sebab dirinya atau
orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi
kesulitan sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang
berlaku.
Orang yang
bertanggung jawab itu adil atau mencoba untuk berbuat adil. Tetapi, adakalanya
orang yang bertanggung jawab tidak di anggap adil karena runtuhnya nilai-nilai
yang di pegangnya. Orang yang demikian tentu akan mempertanggungjawabkan segala
sesuatunya kepada Tuhan. Dia tidak Nampak, tetapi menggerakan dunia dan
mengaturnya. Jadi, orang semacam ini akan bertanggung jawab terhadap Tuhannya.
Refrensi :
Soelaiman, M. munandar. 2001. Ilmu budaya dasar suatu pengantar. Bandung: PT
Refika aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar