Selasa, 20 Desember 2016

Menyoroti permasalahan sosiologi pendidikan



Pendidikan yang esensinya adalah suatu proses pemuasan rasa penasaran. Dimana ketika individu tertarik terhadap suatu hal dan ingin mempelajari suatu hal tersebut maka dapat dikatakan sebagai suatu proses pembelajaran. Jika menilik pada keadaan di Indonesia sendiri dimana pada setiap lembaga pendidikan oleh negara melalui kementerian pendidikan yang tercantum dalam kurikulum dan kebijakannya dimana anak Indonesia disuapi dengan segala macam hal yang mengharuskan mereka semua mengerti dengan apa yang telah tertuang dalam kurikulum secara tidak langsung menjadikan siswa menjadi tidak memiliki rasa pengetahuan yang besar terhadap suatu hal tertentu karena adanya tuntutan untuk menguasai segala hal yang telah tercantum sebagai suatu standar kelulusan. Padahal dengan kebijakan yang pun sebenarnya selalu berganti ketika menteri pun berganti menjadikan siswa seperti bahan percobaan dan bagaikan sebuah produk yang dicetak berdasarkan keinginan para penguasa dengan mengharuskannya menguasai segala hal. Padahal dengan adanya sistem atau kebijakan pendidikan di era sekarang ini dimana misalnya siswa ips harus mampu menguasai sejarah, geografi, ekonomi, bahasa Indonesia, bahasa inggris, matematika dasar, seni budaya dan ilmu teknologi dan komunikasi yang dihadapkan secara bersamaan diharuskan menguasai semua itu yang pada akhirinya menyebabkan siswa hanya mengetahui beberapa saja terkait mata pelajaran yang disebutkan diatas karena setiap individu itu memiliki latar belakang yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula. Adanya keharusan menguasai semua dapat menjadikan tidak adanya rasa penasaran dari siswa itu terhadap mata pelajaran dikarenakan adanya rasa keterpaksaan akan tuntutan menguasai segala hal. Padahal melalui esensi pendidikan itu tujuan pendidikan yang menjadikan manusia kearah yang lebih baik dapat tercapai karena adanya keseriusan dan minat siswa untuk mempelajari sesuatu.
Guru dalam hal ini berperan penting dalam proses pembelajaran terkait mencapai esensi pendidikannya sehingga guru seharusnya berperan dalam merangsang rasa penasaran anak didiknya ke arah mana dengan menjalin interaksi yang baik, namun sayangnya pula interaksi dalam ruang kelas pun kemudian menjadi masalah yang selanjutnya terjadi dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi mengapa interaksi di kelas tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dan esensi pendidikan itu sendiri tidak tercapai. Bisa dari guru yang tidak mengetahui bagaimana situasi kelas dan bagaimana cara untuk berinteraksi ditengah proses pembelajaran sehingga menarik ketika guru yang masuk kemudian hanya memberikan sepatah duapatah kata kemudian pulang dikarenakan tidak adanya keinginan untuk memberikan pengetahuan ataupun menanamkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang ada dikarenakan tak heran guru pun di era sekarang hanya ada yang menjadikan mengajar sebagai suatu formaslitas guna mendapatkan gaji jika ia telah menjadi pegawai negeri sipil (PNS) padahal dirinya yang berstatus sebagai guru memiliki peranan dalam mentrasformasikan nilai-nilai kebudayaan melalui pendidikan itu sendiri. Interaksi sosial antara guru dengan siswa pun kemudian menjadi masalah ketika siswa sendiri yang menjadi penyebab masalah dikarenakan pasif ataupun bahkan acuh. Pasifnya siswa dapat dikarenakan berbagai hal tergantung dengan apa yang ia rasakan. Bisa saja ia pasif dikarenakan tidak mampu menerima materi pembelajaran namun malu untuk menjawab, kemudian menjadi pasif karena sudah jenuh dengan tunutan harus menguasai segalanya. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab siswa menjadi pasif dalam berinteraksi di dalam ruang kelas. Interaksi yang terjadi dalam ruang kelas antara guru dan siswa memang terlihat biasa saja namun kemudian menjadi menarik ketika transformasi budaya, esensi pendidikan ini dapat terlaksana dan tercapai melalui adanya interaksi sosial antara siswa dan guru tersebut, namun masih banyak yang belum menyadari pentingnya interaksi sosial yang dimulai dari interaksi sosial antara guru dan siswa ini kemudian akan tercapainya transformasi kebudayaan dan terpenuhinya esensi pendidikan dikarenakan interaksi sosial ini hingga saat ini pun menjadi suatu hal yang menurut penulis sendiri menjadi hal berarti. Yang dipikirkan oleh para pendidik terutama bagi para pendidik atau guru yang telah berstatus pegawai negeri sipil (PNS) terkadang melakukan interaksi sosial hanya sekedarnya demi pemenuhan formalitas semata tanpa memikirkan betapa pentingnya interaksi sosial guna tercapainya esensi pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar