Pendidikan yang esensinya adalah suatu proses
pemuasan rasa penasaran. Dimana ketika individu tertarik terhadap suatu hal dan
ingin mempelajari suatu hal tersebut maka dapat dikatakan sebagai suatu proses
pembelajaran. Jika menilik pada keadaan di Indonesia sendiri dimana pada setiap
lembaga pendidikan oleh negara melalui kementerian pendidikan yang tercantum
dalam kurikulum dan kebijakannya dimana anak Indonesia disuapi dengan segala
macam hal yang mengharuskan mereka semua mengerti dengan apa yang telah
tertuang dalam kurikulum secara tidak langsung menjadikan siswa menjadi tidak
memiliki rasa pengetahuan yang besar terhadap suatu hal tertentu karena adanya
tuntutan untuk menguasai segala hal yang telah tercantum sebagai suatu standar
kelulusan. Padahal dengan kebijakan yang pun sebenarnya selalu berganti ketika
menteri pun berganti menjadikan siswa seperti bahan percobaan dan bagaikan
sebuah produk yang dicetak berdasarkan keinginan para penguasa dengan
mengharuskannya menguasai segala hal. Padahal dengan adanya sistem atau
kebijakan pendidikan di era sekarang ini dimana misalnya siswa ips harus mampu
menguasai sejarah, geografi, ekonomi, bahasa Indonesia, bahasa inggris,
matematika dasar, seni budaya dan ilmu teknologi dan komunikasi yang dihadapkan
secara bersamaan diharuskan menguasai semua itu yang pada akhirinya menyebabkan
siswa hanya mengetahui beberapa saja terkait mata pelajaran yang disebutkan
diatas karena setiap individu itu memiliki latar belakang yang berbeda dan
kemampuan yang berbeda pula. Adanya keharusan menguasai semua dapat menjadikan tidak
adanya rasa penasaran dari siswa itu terhadap mata pelajaran dikarenakan adanya
rasa keterpaksaan akan tuntutan menguasai segala hal. Padahal melalui esensi
pendidikan itu tujuan pendidikan yang menjadikan manusia kearah yang lebih baik
dapat tercapai karena adanya keseriusan dan minat siswa untuk mempelajari
sesuatu.
Guru dalam hal ini berperan penting dalam
proses pembelajaran terkait mencapai esensi pendidikannya sehingga guru
seharusnya berperan dalam merangsang rasa penasaran anak didiknya ke arah mana
dengan menjalin interaksi yang baik, namun sayangnya pula interaksi dalam ruang
kelas pun kemudian menjadi masalah yang selanjutnya terjadi dikarenakan
beberapa hal yang mempengaruhi mengapa interaksi di kelas tersebut tidak
berjalan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dan esensi pendidikan itu
sendiri tidak tercapai. Bisa dari guru yang tidak mengetahui bagaimana situasi
kelas dan bagaimana cara untuk berinteraksi ditengah proses pembelajaran
sehingga menarik ketika guru yang masuk kemudian hanya memberikan sepatah
duapatah kata kemudian pulang dikarenakan tidak adanya keinginan untuk
memberikan pengetahuan ataupun menanamkan dan mewariskan nilai-nilai budaya
yang ada dikarenakan tak heran guru pun di era sekarang hanya ada yang menjadikan
mengajar sebagai suatu formaslitas guna mendapatkan gaji jika ia telah menjadi
pegawai negeri sipil (PNS) padahal dirinya yang berstatus sebagai guru memiliki
peranan dalam mentrasformasikan nilai-nilai kebudayaan melalui pendidikan itu
sendiri. Interaksi sosial antara guru dengan siswa pun kemudian menjadi masalah
ketika siswa sendiri yang menjadi penyebab masalah dikarenakan pasif ataupun
bahkan acuh. Pasifnya siswa dapat dikarenakan berbagai hal tergantung dengan
apa yang ia rasakan. Bisa saja ia pasif dikarenakan tidak mampu menerima materi
pembelajaran namun malu untuk menjawab, kemudian menjadi pasif karena sudah
jenuh dengan tunutan harus menguasai segalanya. Berbagai faktor dapat menjadi
penyebab siswa menjadi pasif dalam berinteraksi di dalam ruang kelas. Interaksi
yang terjadi dalam ruang kelas antara guru dan siswa memang terlihat biasa saja
namun kemudian menjadi menarik ketika transformasi budaya, esensi pendidikan
ini dapat terlaksana dan tercapai melalui adanya interaksi sosial antara siswa
dan guru tersebut, namun masih banyak yang belum menyadari pentingnya interaksi
sosial yang dimulai dari interaksi sosial antara guru dan siswa ini kemudian
akan tercapainya transformasi kebudayaan dan terpenuhinya esensi pendidikan
dikarenakan interaksi sosial ini hingga saat ini pun menjadi suatu hal yang
menurut penulis sendiri menjadi hal berarti. Yang dipikirkan oleh para pendidik
terutama bagi para pendidik atau guru yang telah berstatus pegawai negeri sipil
(PNS) terkadang melakukan interaksi sosial hanya sekedarnya demi pemenuhan
formalitas semata tanpa memikirkan betapa pentingnya interaksi sosial guna
tercapainya esensi pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar