Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna
atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok
seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa
yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis
berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara
radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi
mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang
kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor,
yaitu:
o Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
o Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada
dianatara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan
ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena
mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti
berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang
sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan,
yakni:
- Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
- Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika,
epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar
pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan
kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam
bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut
berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
- Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
- Masyarakat dan kebudayaannya.
- Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
- Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi
manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
- Naturalisme
- Idealisme
- Pragmatisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang
menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera
sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama
yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia
dan dunianya.
Berbeda dengan aliran diatas, Idealisme menegaskan
bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang
dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide
sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan
kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan
abadi.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang
mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan
praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu
harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari
sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada
kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136).
John Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang
tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme
secara eksperimental melalui lima tahap:
- Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
- Diagnosi, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya.
- Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah.
- Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.
- Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses
eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan
masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam
gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari
suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad
XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis
serta mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain:
- Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.
- Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
- Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
- Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.
- Sekolah progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi (Wayan Ardhana, 1986: 16-17)
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat
pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan
pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu (Redja Mudyahardjo,
et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18) adalah:
- Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan
prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme
tersebut tersebut maka esensialisme tersebut menitikberatkan penerapan
prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan
prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang
realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme, juga penting
artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat menghitung
penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
1). Penguasaan bahasa termasuk rerorika
2). Gramatika
3). Kesusateraan
4). Filsafat
5). Ilmu kealaman
6). Matematika
7). Sejarah
8). Seni keindahan (fine arts)
- Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya
membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang
poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1). Pengetahuan yang benar (truth)
2). Keindahan (beauty)
3). Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi
materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
1). Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2). Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
3). Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4). Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5). Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
- Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari
nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan
progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami
perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif
mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain sebagai berikut:
1). Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2). Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3). Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4). Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan ekperimentasi.
- Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara
berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar
tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini
disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru
yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah
mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar