Pendidikan di Era Globalisasi
UNESCO
merekomendasikan pembaharuan penddikan dan pembelajaran pada lima konsep pokok
yang dikutip (Elmubarok, 2009, hal.41):
1.
Learning
to know: guru hendaknya mampu menjadi fasilitator bagi peserta didiknya. Information
supplier (ceramah, putar pita kaset) sudah tidak zaman lagi. Peserta didik
dimotivasi sehingga timbul kebutuhan dari dirinya sendiri untuk memperoleh
informasi, keterampilan hidup (income generating skill), dan sikap tertentu
yang ingin dikuasainya.
2.
Learning
to do: peserta didik dilatih untuk secara sadar mampu melakukan suatu perbuatan
atau tindakan produktif dalam ranah pengetahuan , dari pada aktif-negatif.
Pengajaran yang hanya menekankan aspek intelektual saja sudah usang.
3.
Learning
to live together: ini adalah tanggapan nyata terhadap arus deras spesialisme
dan individualisme. Nilai baru seperti kompetisi, efisiensi, keefektifan,
kecepatan, telah diterapkan secara keliru dalam dunia pendidikan. Sebagai
misal, sebenarnya kompetisi hanya akan bersifat adil kalau berada dalam playing
cooperative dan didasarkan pada kesamaan kemampuan, kesempatan, lingkup, sarana,
tanpa itu semua hanyalah merupakan kompetisi yang akan mengakibatkan yang
“kalah” selalu “kalah”. Sekolah sebagai suatu masyarakat mini seharusnya
mengajarkan “cooperative learning”, kerja sama dan bersama-sama, dan bukannya
pertandingan intelektualistik semata-mata, yang hanya akan menjadikan manusia
pandai tetapi termakan oleh kepandaiannya sendiri dan juga kekeluargaan dan
mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa, atau aspek-aspek kemanusiaan
manusia.
4.
Learning
to be: dihayati dan dikembangkan untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Setiap peserta didik memiliki harga diri berdasarkan diri yang senyatanya.
Peserta didik dikondisikan dalam suasana yang dipercaya, dihargai, dan
dihormati sebagai pribadi yang unik, merdeka, berkemampuan, adanya kebebasan
untuk mengekspresikan diri sehingga terus menerus dapat menemukan jati dirinya.
Peserta didik diberikan suasana dan sistem yang kondusif untuk menjadi dirinya
sendiri.
5.
Learning
throught life: yaitu bahwa pembelajaran tidak dapat dibatasi oleh ruang dan
waktu.
Dari uraian
diatas jelaslah bahwa pendidikan memiliki posisi yang penting dan berpengaruh
dalam menghadapi tantangan zaman seperti globalisasi. Pendidikan harus dapat
mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema tanpa
rasa tertekan, mampu menekankan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi.
Pendidikan memberi kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran
yang efektif dan fleksibel, memanfaatkan sumber daya sekolah dan lingkungan.
Pendidikan diharapkan dapat memperbaiki sumber daya manusia agar dapat besaing
diera globalisasi. Globalisasi telah menciptakan hilangnya tapal batas
kekuasaan perekonomian suatu negara sehingga muncul ketergantungan dari satu
negara ke negara lainnya (Priansa, 2010, hal. 1). Hal ini karena diera
globalisasi negara maju tidak ingin terkalahkan negara berkembang, walaupun
mereka tetap membutuhkan kehadiran negara berkembangan sebagai sumber bahan
baku dan tempat pemasaran hasil produksi mereka.
Diera
globalisasi dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang unggul agar bisa
bertahan menghadapi tantangan. Kualitas manusia yang unggul bukan hanya dari
segi akademik saja, akan tetapi juga harus memiliki kecakapan hidup lainnya
seperti kecakapan hidup lainnya seperti kecakapan sosial, kecakapan personal.
Menurut Howard Gardner (1983) yang dikutip (Elmubarok, 2009, hal. 25) mausia
memiliki 7 kecerdasan yaitu kecerdasan matematis / logis; kecerdasan verbal /
bahasa; kecerdasan interpersonal, kecerdasan fisik/ gerak / badan; kecerdasan
musikal; kecerdasan visual; kecerdasan interpersonal.
Pendidikan
global merupakan upaya untuk menambahkan suatu pandangan (perspektif) kepada
peserta didik dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan dan
ketergantungan antar budaya, antar sesama umat manusia dan kondisi alam /
planet bumi. Dengan melihat realita yang ada bahwa pendidikan global ini tidak
bisa dihindari, maka didalam pendidikan pada umumnya tujuan setiap mata
pelajaran untuk kondisi saat ini adalah menekankan pada kemampuan peserta didik
agar dapat berfikir kritis ( critical thinking skills ). Arus terjadinya proses
globalisasi mau tidak mau akan mempengaruhi proses pendidikan di negara
Indonesia. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa dengan kemajuan arus
komunikasi, informasi dan tekhnologi menyebabkan kemudahan seseorang atau masyarakat
melakukan pertukaran informasi, pertukaran budaya, mengadakan hubungan
kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan, kepedulian terhadap lingkungan
hidup dan Hak Asasi Manusia. Namun pada sisi lain terjadinya proses globalisasi
akan menimbulkan persaingan pasar, kelangkaan sumber daya alam dan semakin
ketatnya persaingan antar negara dan menimbulkan konflik.
Tujuan
pendidikan global adalah untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang diperlukan untuk hidup secara
efektif dalam duia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh
keragaman etnis, pluralism budaya dan semakin saling ketergantungan (Sapriya,
2012, hal.121).
The Aamerican Association of Collages for Teacher Education (AACTE,
1994) mengemukakan bahwa: “globalization is said to necessitate changes in
teaching such as more attention to diverse and universal human values, global
systems, global issues, involvement of
different kinds of world actors, and global history.” (Sapriya, 2012, hal.
122).
Dari pernyataan
diatas menunjukkan bahwa didalam era globalisasi ini mengharuskan adanya
perubahan dalam strategi maupun metode pembelajaran, antara lain dengan
memperhatikan adanya keberagaman dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal,
serta isu-isu global yangberkaitan dengan masyarakat dunia dan sejarah global.
Globalisasi
menyangkut kesadaran baru mengenai dunia sebagai satu kesatuan interaksi dan
saling ketergantungan yang semakin besar dalam suatu era baru yang harus
dijawab dengan tepat. Kurikulum pendidikan dan proses belajar mengajar
seyogyanya mampu mengisi peluang ini serta dapat menjawab tantangan yang
ditimbulkan. Derasnya arus budaya dan informasi dari barat yang tidak dapat
dibendung merupakan kenyataan logis bahwa dalam era globalisasi sekarang ini
semuanya menjadi satu kesatuan. Adanya perubahan tersebut yang diikuti
kecanggihan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah mempengaruhi gaya hidup
masyarakat Indonesia yang meniru prilaku budaya barat, yang berimplikasi pada
pembentukan pola pikir dan tingkah laku masyarakat secara langsung atau tidak
langsung.
National
council for the Social Studies (NCSS: 1982) dalam (Sapriya, 2012, hal. 122),
mengemukakan beberapa gejala atau fenomena proses globalisasi, antara lain:
1.
Adanya
evolusi dalam sistem komunikasi dan transportasi global.
2.
Penggabungan
perekonomian lokal, regional, dan nasional menjadi perekonomian global.
3.
Meningkatnya
intenistas interaksi antar masyarakat yang menciptakan budaya global sebagai
paduan dari budaya lokal, regional dan nasional yang bragam.
4.
Munculnya
sisiem internasional yang mengikis batas-batas tradisi politik internasional
dan politik nasional.
5.
Meningkatnya
dampak aktivitas manusia terhadap ekosistem di bumi.
6.
Meningkatnya
kesadaran global yang menumbuhkan kesadaran akan kedudukan manusia dibumi
sebagai penduduk bumi dan sebagai anggota dalam sisitem global.
Proses
globalisasi hubungan dengan makin menguatnya kembali faham atau ideologi
liberalisme atau neoliberalisme. Faham
ini yang disosialisasikan secara intensif oleh negara-negara industri
maju-liberal, diterapkan melalui penekanan kebijakan paar bebas, investasi
modal asing, privaatisasi dan semangat “laissez faire laissez passer” (UPI,
2009, hal. 70). Hal ini terlihat dengan adanya AFTA, WTO yang menggeser
nilai-nilai tradisional kearah Barat, ini sama saja dengan neokolonialisme
dalam bentuk baru. Negara yang unggul adalah negara yang dapat mengalahkan
negara Barat, baik dari segi kemampuan berfikir, budaya, juga kemajuan iptek.
Globalisasi
memiliki nilai positif dan negatif. Segi positif seperti mudah memperoleh
informasi dan ilmu pengetahuan, mudah melakukan komunikasi, mobilitas tinggi,
menumbuhkan kosmopolitan dan toleransi tinggi karena bangsa didunia menjadi
tunggal, peningkatan kualitas diri, mudah memenuhi kebutuhan, dan masih banyak
segi positif lainnya. Segi negatifnya adalah informasi yang tidak tersaing
menajmurnya prilaku konsumtif. Dari segi hitungan jumlah pengaruh negatif lebih
sedikit yang diuraikan, akan tetapi mengandung makna yang sangat luas karena
terkandung neokolonialisme yang menyangkut banyak aspek. Inilah tugas
pendidikan untuk dapat mengatasi segala bentuk penjajahan Barat versi baru.
Secara umum pendidikan harus berorientasi pada kecakapan hidup. Secara khusus
pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup. Secara khusus pendidikan
yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:
1.
Mengaktualisasikan
potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang
dihadapi;
2.
Memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pelajaran yang fleksibel, sesuai
prinsip pendidikan berbasis luas, dan
3.
Mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya dilingkungan sekolah, dengan memberi peluang,
pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah (Tim Broad based Education Depdiknas, 2010, hal.78).
Pendidikan juga
harus dapat mengatasi krisis nilai yang saat ini tengah berlangsung. Nilai
disini termasuk didalmnya seperti kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan
diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian, serta hormat,
cinta kasih, sayang, peka, ramah, dan lainnya. Setelah meletakkan pendidikan
pada tempatnya kita harus menata ulang/ rancang bangun kehidupan berbangsa,
membangun karakter bangsa atas dasar identitas dan tradisi lokal dan
melanjutkan pembangunan bangsa.
Willard M Kniep
dalam (Sapriya, 2012, hal. 123) mengemukakan bahwa materi pendidikan global
dirumuskan dari realitas sejarah dan kondsi saat ini yang emnggambarka dan
menunjukkan dunia sebagai masyarakat global. Kniep memperkenalkan 4(empat)
unsur kajian yang dianggap esensial dan mendasar bagi pendidikan global: (1)
kajian tentang nilai manusia (the study of human value); (2)kajian tentang
sistem global (the study of global system); (3)kajain tentang masalah.-masalah
dan isu-isu global (the study of global problems and issues); (4)kajian tentang
sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa (the
study of the history of contacs and interdependence among peoples, cultures and
nations).
Kajain tentang nilai manusia
mencerminkan sikap dan keyakinan yang dibentuk oleh pengalamannya. Bagaiman
nilai-nilai itu mempengaruhi keputusan dan perilaku dalam menjalankan aktivitas
dalam kehidupan sehari-sehari dimasyarakat. Kajian tentang sistem global
mencerminkan adanya saling hubungan dan ketergantungan antar bangsa akibat dari
keikut sertaan bangsa Indonesia dalam sistem yang berjalan (misal: PBB)
ditandai dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat dunia nampak
lebih sempit dan menghentikan tradisi imperialisme dan kolonialisme. Misalnya:
sistem ekonomi, sistem politik global, sistem ekologi dan lain-lain.
Kajian tentang
masalah-masalah dan isu-isu global dlam kehidupan sehari-hari kita hadapkan
pada masalah-maslah dan isu-isu internasional. Apabila peserta didik/remaja
memahami tentang dunia, maka pendidikan harus dikaitkan dengan melakukan penelitian tentang
sebab-sebab dan akibat-akibat, serta kemungkinan penyelesainan tersebut isu-isu
global saat ini. Peserta didik barhak mengetahui bagaimana mereka dapat menjadi
bagian dari isu-isu tersebut dan bagaimana mereka dapa memberikan kontribusi
dalam proses penyelesaian tersebut. Misalnya: isu tentang keamanan, isu
pembagunan, isu lingkungan, isu HAM, dan lain-lain.
Kajian tentantg
sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa.
Kontak pertukaran ini dapat melalui proses migrasi, perdangangan, kunjungan ke
negaraan, hubungan kesejarahan, dan lain-lain yang dapat di transfer malalui
komunikasi dan pemanfaatan satelit.
Dengan demikian
untuk kepentingan pembelajaran di sekolah, semua bagian tersebut dapat di
integrasi kan dalam mata pelajaran PIPS sehingga tuntutan untuk proses
pembelajaran benar-benar bersifat global. Demikan pula para guru PIPS juga di
tuntut untu mempersiapkan diri dalam kemampuan wawasan global, sehingga
kurikulum mampu mengkondisikan tuntutan di masa depantercapai sesuai harapan.
Willard M.
Kniep (1986) mengemukakan bahwa isi pendidikan global dirumuskan dari realitas
sejarah dan kondisi saaat ini yang menggambarkan dan menunjukkan dunia sebagai
masyarakat sebagai masyarakat global. Dari hasil analisisnya ini, Kniep (1986,
h.437) memperkenalkan empat unsur kajian yang dianggap esensial dan mendasar
bagi pendidikan global: (1) kajian tentang nilai manusia (the study of human
values); (2) kajian tentang system global (the study of global problems and
issues); dan (4) kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan
antarorang, budaya dan bangsa (the study of the history of contacs and
interdependence among peoples, cultures, and nations).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar