Selasa, 20 Desember 2016

Pendidikan di Era Globalisasi



Pendidikan di Era Globalisasi

UNESCO merekomendasikan pembaharuan penddikan dan pembelajaran pada lima konsep pokok yang dikutip (Elmubarok, 2009, hal.41):
1.      Learning to know: guru hendaknya mampu menjadi fasilitator bagi peserta didiknya. Information supplier (ceramah, putar pita kaset) sudah tidak zaman lagi. Peserta didik dimotivasi sehingga timbul kebutuhan dari dirinya sendiri untuk memperoleh informasi, keterampilan hidup (income generating skill), dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya.
2.      Learning to do: peserta didik dilatih untuk secara sadar mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah pengetahuan , dari pada aktif-negatif. Pengajaran yang hanya menekankan aspek intelektual saja sudah usang.
3.      Learning to live together: ini adalah tanggapan nyata terhadap arus deras spesialisme dan individualisme. Nilai baru seperti kompetisi, efisiensi, keefektifan, kecepatan, telah diterapkan secara keliru dalam dunia pendidikan. Sebagai misal, sebenarnya kompetisi hanya akan bersifat adil kalau berada dalam playing cooperative dan didasarkan pada kesamaan kemampuan, kesempatan, lingkup, sarana, tanpa itu semua hanyalah merupakan kompetisi yang akan mengakibatkan yang “kalah” selalu “kalah”. Sekolah sebagai suatu masyarakat mini seharusnya mengajarkan “cooperative learning”, kerja sama dan bersama-sama, dan bukannya pertandingan intelektualistik semata-mata, yang hanya akan menjadikan manusia pandai tetapi termakan oleh kepandaiannya sendiri dan juga kekeluargaan dan mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa, atau aspek-aspek kemanusiaan manusia.
4.      Learning to be: dihayati dan dikembangkan untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Setiap peserta didik memiliki harga diri berdasarkan diri yang senyatanya. Peserta didik dikondisikan dalam suasana yang dipercaya, dihargai, dan dihormati sebagai pribadi yang unik, merdeka, berkemampuan, adanya kebebasan untuk mengekspresikan diri sehingga terus menerus dapat menemukan jati dirinya. Peserta didik diberikan suasana dan sistem yang kondusif untuk menjadi dirinya sendiri.
5.      Learning throught life: yaitu bahwa pembelajaran tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa pendidikan memiliki posisi yang penting dan berpengaruh dalam menghadapi tantangan zaman seperti globalisasi. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema tanpa rasa tertekan, mampu menekankan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi. Pendidikan memberi kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif dan fleksibel, memanfaatkan sumber daya sekolah dan lingkungan. Pendidikan diharapkan dapat memperbaiki sumber daya manusia agar dapat besaing diera globalisasi. Globalisasi telah menciptakan hilangnya tapal batas kekuasaan perekonomian suatu negara sehingga muncul ketergantungan dari satu negara ke negara lainnya (Priansa, 2010, hal. 1). Hal ini karena diera globalisasi negara maju tidak ingin terkalahkan negara berkembang, walaupun mereka tetap membutuhkan kehadiran negara berkembangan sebagai sumber bahan baku dan tempat pemasaran hasil produksi mereka.
Diera globalisasi dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang unggul agar bisa bertahan menghadapi tantangan. Kualitas manusia yang unggul bukan hanya dari segi akademik saja, akan tetapi juga harus memiliki kecakapan hidup lainnya seperti kecakapan hidup lainnya seperti kecakapan sosial, kecakapan personal. Menurut Howard Gardner (1983) yang dikutip (Elmubarok, 2009, hal. 25) mausia memiliki 7 kecerdasan yaitu kecerdasan matematis / logis; kecerdasan verbal / bahasa; kecerdasan interpersonal, kecerdasan fisik/ gerak / badan; kecerdasan musikal; kecerdasan visual; kecerdasan interpersonal.
Pendidikan global merupakan upaya untuk menambahkan suatu pandangan (perspektif) kepada peserta didik dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan dan ketergantungan antar budaya, antar sesama umat manusia dan kondisi alam / planet bumi. Dengan melihat realita yang ada bahwa pendidikan global ini tidak bisa dihindari, maka didalam pendidikan pada umumnya tujuan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini adalah menekankan pada kemampuan peserta didik agar dapat berfikir kritis ( critical thinking skills ). Arus terjadinya proses globalisasi mau tidak mau akan mempengaruhi proses pendidikan di negara Indonesia. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa dengan kemajuan arus komunikasi, informasi dan tekhnologi menyebabkan kemudahan seseorang atau masyarakat melakukan pertukaran informasi, pertukaran budaya, mengadakan hubungan kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan Hak Asasi Manusia. Namun pada sisi lain terjadinya proses globalisasi akan menimbulkan persaingan pasar, kelangkaan sumber daya alam dan semakin ketatnya persaingan antar negara dan menimbulkan konflik.
Tujuan pendidikan global adalah untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam duia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralism budaya dan semakin saling ketergantungan (Sapriya, 2012, hal.121).
The Aamerican Association of Collages for Teacher Education (AACTE, 1994) mengemukakan bahwa: “globalization is said to necessitate changes in teaching such as more attention to diverse and universal human values, global systems, global issues, involvement  of different kinds of world actors, and global history.” (Sapriya, 2012, hal. 122).

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa didalam era globalisasi ini mengharuskan adanya perubahan dalam strategi maupun metode pembelajaran, antara lain dengan memperhatikan adanya keberagaman dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, serta isu-isu global yangberkaitan dengan masyarakat dunia dan sejarah global.
Globalisasi menyangkut kesadaran baru mengenai dunia sebagai satu kesatuan interaksi dan saling ketergantungan yang semakin besar dalam suatu era baru yang harus dijawab dengan tepat. Kurikulum pendidikan dan proses belajar mengajar seyogyanya mampu mengisi peluang ini serta dapat menjawab tantangan yang ditimbulkan. Derasnya arus budaya dan informasi dari barat yang tidak dapat dibendung merupakan kenyataan logis bahwa dalam era globalisasi sekarang ini semuanya menjadi satu kesatuan. Adanya perubahan tersebut yang diikuti kecanggihan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia yang meniru prilaku budaya barat, yang berimplikasi pada pembentukan pola pikir dan tingkah laku masyarakat secara langsung atau tidak langsung.
National council for the Social Studies (NCSS: 1982) dalam (Sapriya, 2012, hal. 122), mengemukakan beberapa gejala atau fenomena proses globalisasi, antara lain:
1.      Adanya evolusi dalam sistem komunikasi dan transportasi global.
2.      Penggabungan perekonomian lokal, regional, dan nasional menjadi perekonomian global.
3.      Meningkatnya intenistas interaksi antar masyarakat yang menciptakan budaya global sebagai paduan dari budaya lokal, regional dan nasional yang bragam.
4.      Munculnya sisiem internasional yang mengikis batas-batas tradisi politik internasional dan politik nasional.
5.      Meningkatnya dampak aktivitas manusia terhadap ekosistem di bumi.
6.      Meningkatnya kesadaran global yang menumbuhkan kesadaran akan kedudukan manusia dibumi sebagai penduduk bumi dan sebagai anggota dalam sisitem global.

            Proses globalisasi hubungan dengan makin menguatnya kembali faham atau ideologi liberalisme atau neoliberalisme.  Faham ini yang disosialisasikan secara intensif oleh negara-negara industri maju-liberal, diterapkan melalui penekanan kebijakan paar bebas, investasi modal asing, privaatisasi dan semangat “laissez faire laissez passer” (UPI, 2009, hal. 70). Hal ini terlihat dengan adanya AFTA, WTO yang menggeser nilai-nilai tradisional kearah Barat, ini sama saja dengan neokolonialisme dalam bentuk baru. Negara yang unggul adalah negara yang dapat mengalahkan negara Barat, baik dari segi kemampuan berfikir, budaya, juga kemajuan iptek.
            Globalisasi memiliki nilai positif dan negatif. Segi positif seperti mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, mudah melakukan komunikasi, mobilitas tinggi, menumbuhkan kosmopolitan dan toleransi tinggi karena bangsa didunia menjadi tunggal, peningkatan kualitas diri, mudah memenuhi kebutuhan, dan masih banyak segi positif lainnya. Segi negatifnya adalah informasi yang tidak tersaing menajmurnya prilaku konsumtif. Dari segi hitungan jumlah pengaruh negatif lebih sedikit yang diuraikan, akan tetapi mengandung makna yang sangat luas karena terkandung neokolonialisme yang menyangkut banyak aspek. Inilah tugas pendidikan untuk dapat mengatasi segala bentuk penjajahan Barat versi baru. Secara umum pendidikan harus berorientasi pada kecakapan hidup. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:
1.      Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi;
2.      Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pelajaran yang fleksibel, sesuai prinsip pendidikan berbasis luas, dan
3.      Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dilingkungan sekolah, dengan memberi peluang, pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (Tim Broad based Education Depdiknas, 2010, hal.78).
Pendidikan juga harus dapat mengatasi krisis nilai yang saat ini tengah berlangsung. Nilai disini termasuk didalmnya seperti kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian, serta hormat, cinta kasih, sayang, peka, ramah, dan lainnya. Setelah meletakkan pendidikan pada tempatnya kita harus menata ulang/ rancang bangun kehidupan berbangsa, membangun karakter bangsa atas dasar identitas dan tradisi lokal dan melanjutkan pembangunan bangsa.
Willard M Kniep dalam (Sapriya, 2012, hal. 123) mengemukakan bahwa materi pendidikan global dirumuskan dari realitas sejarah dan kondsi saat ini yang emnggambarka dan menunjukkan dunia sebagai masyarakat global. Kniep memperkenalkan 4(empat) unsur kajian yang dianggap esensial dan mendasar bagi pendidikan global: (1) kajian tentang nilai manusia (the study of human value); (2)kajian tentang sistem global (the study of global system); (3)kajain tentang masalah.-masalah dan isu-isu global (the study of global problems and issues); (4)kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa (the study of the history of contacs and interdependence among peoples, cultures and nations).
Kajain tentang nilai manusia mencerminkan sikap dan keyakinan yang dibentuk oleh pengalamannya. Bagaiman nilai-nilai itu mempengaruhi keputusan dan perilaku dalam menjalankan aktivitas dalam kehidupan sehari-sehari dimasyarakat. Kajian tentang sistem global mencerminkan adanya saling hubungan dan ketergantungan antar bangsa akibat dari keikut sertaan bangsa Indonesia dalam sistem yang berjalan (misal: PBB) ditandai dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat dunia nampak lebih sempit dan menghentikan tradisi imperialisme dan kolonialisme. Misalnya: sistem ekonomi, sistem politik global, sistem ekologi dan lain-lain.
Kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global dlam kehidupan sehari-hari kita hadapkan pada masalah-maslah dan isu-isu internasional. Apabila peserta didik/remaja memahami tentang dunia, maka pendidikan harus dikaitkan  dengan melakukan penelitian tentang sebab-sebab dan akibat-akibat, serta kemungkinan penyelesainan tersebut isu-isu global saat ini. Peserta didik barhak mengetahui bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari isu-isu tersebut dan bagaimana mereka dapa memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian tersebut. Misalnya: isu tentang keamanan, isu pembagunan, isu lingkungan, isu HAM, dan lain-lain.
Kajian tentantg sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa. Kontak pertukaran ini dapat melalui proses migrasi, perdangangan, kunjungan ke negaraan, hubungan kesejarahan, dan lain-lain yang dapat di transfer malalui komunikasi dan pemanfaatan satelit.
Dengan demikian untuk kepentingan pembelajaran di sekolah, semua bagian tersebut dapat di integrasi kan dalam mata pelajaran PIPS sehingga tuntutan untuk proses pembelajaran benar-benar bersifat global. Demikan pula para guru PIPS juga di tuntut untu mempersiapkan diri dalam kemampuan wawasan global, sehingga kurikulum mampu mengkondisikan tuntutan di masa depantercapai sesuai harapan.
Willard M. Kniep (1986) mengemukakan bahwa isi pendidikan global dirumuskan dari realitas sejarah dan kondisi saaat ini yang menggambarkan dan menunjukkan dunia sebagai masyarakat sebagai masyarakat global. Dari hasil analisisnya ini, Kniep (1986, h.437) memperkenalkan empat unsur kajian yang dianggap esensial dan mendasar bagi pendidikan global: (1) kajian tentang nilai manusia (the study of human values); (2) kajian tentang system global (the study of global problems and issues); dan (4) kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan antarorang, budaya dan bangsa (the study of the history of contacs and interdependence among peoples, cultures, and nations). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar