1)
Rasionalitas
Immanuel Kant
Bila
pengetahuan yang dipelajari siswa adalah bentuk dari pengembangan rasio, maka
kekuatan doa adalah praktik pengembangan intuisi. Di dalam sistem epistemologi
manusia, Immanuel Kant menjelaskan tentang sumber-sumber pengetahuan yang
dijelaskan dari dua aspek, yakni a priori dan a posteriori. Pengetahuan apriori
diperoleh “dengan sendirinya” oleh manusia yang memiliki potensi mencapai
kekuatan-kekuatan transendental. Potensi yang diperoleh melalui kognisi setiap
orang.
Sementara
itu, pengetahuan apostreriori merupakan pengetahuan yang dicapai melalui
intuisi terhadap dunia luar. Pengenalan terhadap ruang waktu sebagai bagian
yang niscaya ketika kesadaran terbanngun merupakan pengalaman yang bersifat
aposteriori.
Bagan IX. 1
Konsepsi rasional (ens rationis) menurut Immanuel Kant dirumuskan
sebagai sintesis antara konsep dan objek.
Konsep
|
Objek
|
Keterangan
|
v
|
v
|
Ens rationis
|
v
|
-
|
Nihil
privativum
|
-
|
v
|
En
imaginarium
|
-
|
-
|
Nihil
negativum
|
Nihil
privativum dan ens imaginarium adalah istilah khas dari Kant untuk menyebut dua
jenis pengetahuan yang tidak lengkap. Nihil privativum mengandalkan adanya
konsep tanpa data-data yang jelas sehingga bersifat subjektif. Konsepsi
tersebut disusun atas dasar pemikiran-pemikiran yang bersifat privat. Contoh
nihil privativum adalah skema permodelan yang di susun oleh peneliti tanpa ada
data-data yang memadai.
Sementara
itu, ens imaginarium itu juga menyuguhkan adanya intuisi tanpa ada objek. Bagi
Kant sendiri tidak mempercayai adanya objek sehingga objek di orientasikan pada
intuisi. Adanya intuisi-intuisi untuk menyusun pengetahuan teteaplah sebuah
pengetahuan yang bersifat imaginer karena hanya ada bayangan tentang
fakta-fakta. Contoh ens imaginarium adalah gambaran tentang sesuatu yang tidak
bisa di buktikan. Gambar sentaurus adalah gambar imaginarium.
Dalam
bahasa Kant sendiri, nihil privatitum dan ens imaginarium adalah kekosongan
data dari sebuah konsepsi. Data di peroleh dari pancaindra. Jadi sebuah
konsepsi tentang cahaya harus dibuktikan dengan cara memperlihatkan.
Menurutnya, “ jika cahaya tidak bisa dilihat, kita tidak dapat menggambarkan
tentang kegelapan dan jika dunia luar tidak bisa diindra, maka kita tidak dapat
menampilkan ruang. Tidak ada negasi, tidak ada bentuk yang mirip dari intuisi
yang mirip dari intuisi yang bisa menjadi objek” ( Immanuel Kant, 1990:186).
Kalimat terakhir menunjukan ketidakpercayaan Kant tentang kehadiran objek
karena objek tetaplah direduksi ke dalam intuisi. Kehadiran ruang-waktu
bersifat intuitif.
Pengetahuan
yang hendak dibangun oleh Kant adalah sebuah bangunan yang didasarkan pada
kekuatan rasio. Dia meyakini adanya sebuah nalar murni karena nalar murni
adalah nalar yang bersifat niscaya dan alamiah. Di dalamnya terdapat
putusan-putusan yang membentuk sebuah konsep tertentu. Itulah kenapa metafisika
menjadi ada. Bagi Kant, ketika konsepsi itu disusun, maka susunan itu didasari
oleh nalar. Melalui nalar, sebuah konsep bisa dipahami.
Hasil
intuisi itu kemudian di olah oleh kognisi. Perangkat kognisi yang dapat
digunakan untuk membangun konsep adalah logika dan pikiran. Logika akan
memberikan ruang bagi setiap dalil untuk diuji konsistensinya. Unsur kognisi
yang berbentuk pikiran itu sendiri merupakan unsur-unsur kognisi “yang
terbuang” dari unsur logika. Sebab, pada akhirnya nanti, kant akan
mempercayakan pada logika untuk menyusun konsep-konsep inti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar