Kamis, 22 Desember 2016

Rasionalitas Immanuel Kant



1)      Rasionalitas Immanuel Kant
Bila pengetahuan yang dipelajari siswa adalah bentuk dari pengembangan rasio, maka kekuatan doa adalah praktik pengembangan intuisi. Di dalam sistem epistemologi manusia, Immanuel Kant menjelaskan tentang sumber-sumber pengetahuan yang dijelaskan dari dua aspek, yakni a priori dan a posteriori. Pengetahuan apriori diperoleh “dengan sendirinya” oleh manusia yang memiliki potensi mencapai kekuatan-kekuatan transendental. Potensi yang diperoleh melalui kognisi setiap orang.
Sementara itu, pengetahuan apostreriori merupakan pengetahuan yang dicapai melalui intuisi terhadap dunia luar. Pengenalan terhadap ruang waktu sebagai bagian yang niscaya ketika kesadaran terbanngun merupakan pengalaman yang bersifat aposteriori.





Bagan IX. 1
Konsepsi rasional (ens rationis) menurut Immanuel Kant dirumuskan sebagai sintesis antara konsep dan objek.
Konsep
Objek
Keterangan
v
v
Ens rationis
v
-
Nihil privativum
-
v
En imaginarium
-
-
Nihil negativum

Nihil privativum dan ens imaginarium adalah istilah khas dari Kant untuk menyebut dua jenis pengetahuan yang tidak lengkap. Nihil privativum mengandalkan adanya konsep tanpa data-data yang jelas sehingga bersifat subjektif. Konsepsi tersebut disusun atas dasar pemikiran-pemikiran yang bersifat privat. Contoh nihil privativum adalah skema permodelan yang di susun oleh peneliti tanpa ada data-data yang memadai.
Sementara itu, ens imaginarium itu juga menyuguhkan adanya intuisi tanpa ada objek. Bagi Kant sendiri tidak mempercayai adanya objek sehingga objek di orientasikan pada intuisi. Adanya intuisi-intuisi untuk menyusun pengetahuan teteaplah sebuah pengetahuan yang bersifat imaginer karena hanya ada bayangan tentang fakta-fakta. Contoh ens imaginarium adalah gambaran tentang sesuatu yang tidak bisa di buktikan. Gambar sentaurus adalah gambar imaginarium.
Dalam bahasa Kant sendiri, nihil privatitum dan ens imaginarium adalah kekosongan data dari sebuah konsepsi. Data di peroleh dari pancaindra. Jadi sebuah konsepsi tentang cahaya harus dibuktikan dengan cara memperlihatkan. Menurutnya, “ jika cahaya tidak bisa dilihat, kita tidak dapat menggambarkan tentang kegelapan dan jika dunia luar tidak bisa diindra, maka kita tidak dapat menampilkan ruang. Tidak ada negasi, tidak ada bentuk yang mirip dari intuisi yang mirip dari intuisi yang bisa menjadi objek” ( Immanuel Kant, 1990:186). Kalimat terakhir menunjukan ketidakpercayaan Kant tentang kehadiran objek karena objek tetaplah direduksi ke dalam intuisi. Kehadiran ruang-waktu bersifat intuitif.
Pengetahuan yang hendak dibangun oleh Kant adalah sebuah bangunan yang didasarkan pada kekuatan rasio. Dia meyakini adanya sebuah nalar murni karena nalar murni adalah nalar yang bersifat niscaya dan alamiah. Di dalamnya terdapat putusan-putusan yang membentuk sebuah konsep tertentu. Itulah kenapa metafisika menjadi ada. Bagi Kant, ketika konsepsi itu disusun, maka susunan itu didasari oleh nalar. Melalui nalar, sebuah konsep bisa dipahami.
Hasil intuisi itu kemudian di olah oleh kognisi. Perangkat kognisi yang dapat digunakan untuk membangun konsep adalah logika dan pikiran. Logika akan memberikan ruang bagi setiap dalil untuk diuji konsistensinya. Unsur kognisi yang berbentuk pikiran itu sendiri merupakan unsur-unsur kognisi “yang terbuang” dari unsur logika. Sebab, pada akhirnya nanti, kant akan mempercayakan pada logika untuk menyusun konsep-konsep inti.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar